Senin, 15 Februari 2016

Persiapan Menuju SEkolah Adiwiyata Propinsi

Setelah menerima Piagam sebagai Sekolah Adiwiyata Propinsi pada bulan Juni 2015, seluruh personil SMP Negeri 1 Sitiung langsung mempersiapkan untuk persiapan menuju Sekolah Adiwiyata Nasional

Kamis, 26 Februari 2015

Pagelaran Seni Bertemakan Lingkungan





Pada hari ini Jum'at tanggal 27 Februari 2007 dimulai Pukul 08.00 Wib di SMP Negeri 1 Sitiung dilaksanakan acara PAGELARAN SENI BERTEMAKAN LINGKUNGAN. Sebagai Pengisi  acara Siswa siswi SMP Negeri 1 Sitiung yang sangat berbakat dalam berbagai bidang seni seperti Tari, Stand up komedi, Puisi dan Teater. Pagelaran Seni ini didukung sepenuhnya oleh Kepala Sekolah, Majelis Guru, Pegawai dan Komite Sekolah. Semoga Acara pada hari ini Lancar dari awal sampai akhir.

Minggu, 15 Februari 2015

BATU HIJAU (ASAL MULA NAGARI BATU RIJAL)

Foklor Peraih Juara I tingkat Kabupaten Dharmasraya

BATU HIJAU
(ASAL MULA NAGARI BATU RIJAL)
Oleh : Rezki Ariyandi

         Nagari Batu Rijal adalah sebuah wilayah yang terletak di kecamatan Padang Laweh, kabupaten Dharmasraya. Nagari ini memiliki lima wilayah kejorongan. Kelima wilayah tersebut yaitu jorong Batu Rijal, jorong Aur Kuning, jorong Sei Atang, jorong Moro Bangun, dan jorong Moyo luhur. Masyarakat Jorong Batu Rijal, jorong Aur Kuning, merupakan penduduk asli daerah ini, sedangkan masyarakat  jorong Sei Atang, jorong Moro bangun, dan jorong Moyo Luhur merupakan penduduk yang didatangkan oleh pemerintah melalui program transmigrasi pada tahun 1977.
         Masyarakat nagari Batu Rijal hidup berdampingan, saling kerja sama, saling membahu untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Walaupun ada perbedaan di antara keduanya, mereka bisa saling menghormati perbedaan itu, saling memahami satu sama lain sehingga terbentuk hubungan  masyarakat yang harmonis.  
         Batu Rijal sebelum menjadi nama sebuah nagari merupakan nama sebuah kejorongan yang terletak berdekatan dengan aliran Sungai Batang Hari. Sebagai daerah, Batu Rijal dinyatakan sebagai daerah kejorongan pada bulan Oktober 2003. Dengan adanya pemekaran wilayah pada bulan Desember 2009 Batu Rijal resmi menjadi sebuah nagari.
         Asal mula nama nagari Batu Rijal diambil dari adanya suatu keajaiban yang ada di Sungai Batang Hari. Menurut sejarahnya dari datuk-datuk dan dari nenek-nenek, dahulu di Sungai Batang Hari ada dua buah batu yang sangat besar. Kedua buah batu tersebut bukanlah batu biasa. Keduanya berbentuk mirip manusia. Batu yang satu mirip patung seorang laki-laki dan yang satunya lagi mirip patung seorang perempuan. Jadi, kedua buah batu tersebut berbentuk sepasang patung manusia yang berdiri berjajar separuh badan, dengan kedua kaki terendam di dalam air yang keduanya berjajar berdiri tegak di tengah-tengah sungai seolah-olah sedang menjaga sungai.
         Kedua buah patung batu tersebut memiliki warna hijau  seperti lumut. Warna hijau lumut tersebut tidak pernah berubah meskipun ada pergantian pasang surut Sungai Batang Hari. Bila tertimpa cahaya matahari warnanya seolah-olah memancarkan warna tersendiri sehingga memberikan kesan rasa damai badi orang yang memandangnya.

         Selain itu, ada keajaiban lain yang ditunjukkan oleh kedua batu itu. Keajaibannya yaitu batu tersebut selalu kelihatan dengan besar yang sama walaupun Sungai Batang Hari dalam keadaan banjir pada musim hujan. Begitu juga sebaliknya, jika Sungai Batang Hari surut pada musim kemarau kedua batu tersebut besarnya selalu sama.
         Konon kabarnya kedua batu tersebut muncul sebagai  jelmaan dua orang pelayan saudagar kaya raya yang sedang berlayar di sungai. Dahulu kala berlayarlah sebuah perahu milik seorang saudagar yang sangat kaya menuju ke hilir tepatnya menuju ke kerajaan Jambi. Dalam perjalan tersebut pelayan saudagar yang terdiri dari sepasang suami istri dituduh mencuri perhiasan.
         Waktu itu, berhubung hari sudah sore hari, kapal dihentikan karena istri sudagar mau membersihkan diri.  Lagi pula sudah beberapa hari dalam perjalanan kapal juga belum pernah berhenti. Sebelum mandi istri saudagar meminta pelayan yang perempuan untuk menyiapkan baju pengganti. Sewaktu istri saudagar mau berganti pakaian, perhiasan yang berupa peniti emas yang menempel di pakaian hilang satu. Maka yang menjadi tertuduh yaitu pelayan perempuan yang menyiapkan baju tersebut. Akhirnya masalah tersebut sampailah ke telinga saudagar.
         Beranglah saudagar mendengar penuturan istrinya. Maka pelayan yang tadi dituduh dihadapkan pada saudagar.
          “Sebagai hukuman, karena engkau telah mencuri perhiasan istriku, maka kamu beserta saumimu tidak akan saya beri upah selama satu bulan. Upahmu berdua sebagai ganti perhiasan Tuan puterimu”, Kata saudagar.
         Bagaimana pun saudagar menuduh dirinya, pelayan yang dibela oleh suaminya tidak mau mengakui karena merasa tidak pernah mengambil perhiasan tersebut. Hal itu semakin membuat berang saudagar.
         “Pengawal....!  Keluarkan keduanya dari kapal ini”. Perintah saudagar.
         Maka  pengawal tak dapat berbuat apa-apa kecuali menuruti perintah majikannya  untuk mengeluarkan  kedua pelayan dari kapal, sebagai bentuk hukuman yang harus diterimanya. Pengawal pun melaksanakan tugas majikannya dengan tunduknya. Dengan dipaksa kedua pelayan tadi disuruh keluar dari kapal. Sebelum keluar dari kapal si istri  pelayan sambil berurai air mata dengan sedihnya dia bersumpah.
         “Jika memang benar Saya yang mengambil perhiasan Tuan Putri, maka kami berdua akan tenggelam di sungai ini. Tapi jika tuduhan Tuan Putri itu tidak benar kami akan menjadi penghalang perjalanan Tuanku”, Kata pelayan.
         Tak lama berselang setelah pelayan mengucapkan sumpahnya datanglah hujan badai yang disertai dengan angin kencang. Langit sore nyang sudah gelap menjadi semakin gelap pekat menghitam. Dengan cuaca seperti itu saudagar kaya tersebut tidak berani melanjutkan perjalanan. Mereka malam itu berhenti semalam di sungai.
           Setelah keesokan harinya, sewaktu terbit fajar, matahari bersinar dengan terang, berlayarlah  kapal saudagar menuju hilir. Baru beberapa kayuh saja kapal tadi sudah terhadang oleh dua buah batu besar yang bentuknya mirip sepasang manusia. Batu itu warnanya kehijauan. Kedua batu besar tersebut seolah-olah menghadang perjalanan kapal saudagar. Dengan bersusah payah kapal saudagar itu melewati dua buah batu tersebut.
         Konon kabarnya ketika nenek moyang dahulu membuka daerah pemukiman baru, karena melihat di tengah sungai ada batu besar berbentuk sepasang manusia yang warnanya kehijauan maka daerah itu diberi nama kampung Batu Hijau. Lama kelamaan orang menyebutnya dengan nama Batu Rijal. Rijal diambil dari bahasa Arab yang artinya kuat, kokoh. Jadi Batu Rijal artinya batu yang kuat.
         Keajaiban batu tersebut lama kelamaan menghilang. Hilangnya batu tersebut menurut ceritanya setelah terjadinya pembunuhan yang dilakukan oleh warga pendatang karena masalah sengketa tanah perbatasan. Sejak peristiwa itulah konon kabarnya kedua batu tersebut lenyap begitu saja, tak seorang pun mengetahui kemana perginya.
           Masyarakat Batu Rijal sekarang masih menyimpan cerita legenda  Batu Hijau tersebut. Masyarakatnya hidup dengan tenang, tentram, saling bahu membahu untuk membangun nagari. Mayoritas penduduknya dengan mata pencaharian dari berkebun sawit dan karet serta bertani bekerja keras membangun ekonomi guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
            Nagari Batu Rijal saat ini ada beberapa suku, yang artinya ada beberapa kelompok masyarakat yang dinamakan suku. Nama suku-suku yang ada di nagari batu Rijal yaitu suku. Melayu, Patopang Tigo Nini, Caniago, Piliang, dan Mandahiliang.  Selain itu  jumlah penduduknya semakin lama semakin berkembang. Dahulu penghuninya bisa dihitung dengan jari. Sekarang,  menurut catatan di kenagarian tahun 2012, untuk jorong Batu Rijal terdiri dari 71 kepala keluarga dengan jumlah penduduk 243 orang. Jorong Aur Kuning terdiri dari 77 kepala keluarga dengan jumlah penduduk 276.
          Perkembangan daerah sangat pesat. Infrastruktur sudah bagus. Ekonomi juga baik, walaupun dulu pernah dinyatakan sebagai daerah terisolir. Sejak adanya pemekaran wilayah kabupaten Dharmasraya Batu Rijal menggeliat untuk sejajar dengan daerah lain. Hanya satu kendala saat ini, yaitu kurang lancarnya hubungan dengan kecamatan Padang Laweh, karena terpisah oleh Sungai Batang Hari. Jika ada urusan ke kecamatan harus menyeberangi  Sungai Batang Hari. Penyeberangan hanya menggunakan motor boat.

         Demikian kisah nagari Batu Rijal yang Kami dapatkan dari nara sumber Tutik Sukatmi, bendahara nagari Batu Rijal yang tinggal di jorong Moro Bangun.