ALAMMU
NAFASMU
Kutatap rumput hijau, tersenyum
Kutatap pohon rindang, melambai
Kutatap kolam bening, beriak
Kutatap kembang, merekah
Semua menyapa ramah
Andai tak ada lagi sampah berserakan
Tak lagi ada bunga yang layu di taman
Tak lagi ada tanah kosong tersisa
Di sanalah damai kau jumpa
Dan nafas makhlukpun lega
Tanpa asap yang mengotori udara
Tanpa pengrusakan alam yang
semena-mena
Tanpa pepohonan yang ditebang liar
Tanpa aliran air kotor di mana-mana
Alam terjaga dengan cinta manusia
Bersama hijaunya daun tercipta O2
Bersama teduhnya hutan teduhkan jiwa
Udara yang bersih penuhi jagat
Harapan dunia ntuk tetap terjaga
Di sanalah alammu bernafas lega
Kawan,
Mari kita jaga sekitar
Kita isi kekosongan lahan
Kita buang sampah di tempatnya
Kita manfaatkan yang masih bisa
berguna
Demi alam yang kau cinta
Demi helaan nafas yang kau tarik
Demi hidup dan kehidupan
Untuk kita semua
Karna alammu adalah nafasmu
(September 2014)
SMPN SATU
SITIUNG
Suasana rindang nan syahdu
Menjadi saksi aktifitas kami
Pagi hari warganya hilir mudik
Namun tetap peduli dengan sekitarnya
Sasana heningpun tecipta
Antara pohon dan bangku taman
Tiada lagi rongga tersisa
Untuk biarkan percuma
Saat siang terik menjelang
Ingin kulepas lelah belajar di
hamparanmu
Tiupan angin menyejukkan hati
Indahnya bunga-bunga nan tertata
Unjukkan damai bagi penghuninya
Nuansa asri yang dibawa serta
Gambaran sekolahku penuh suka cita
(Koto Agung, 2014)
SEKOLAHKU
Kala kerindangan meneduhi wajahmu
Semilir bayu tenang bertiup
Satu-satu dedaunan berbisik
Dalam teduh , seteduh waktu itu
Lewat teriknya mentari siang
Pucuk beringin sampaikan pesan
Sampaikan damai nan panjang
Peneduh sang pencinta
Di bawah teduhnya pepohonan
Ada canda nan riang
Gelak ria dalam tawa
Gambaran ceria pemiliknya
Sekolahku ,
Wajah asrimu kan kurindu
Kubawa serta dalam impian
Membawaku kembali esok
(Januari, 2014)
CERITA
ALAMKU, KAWAN
Dulu........., kawan
Di belakang rumahku ada kali kecil
Batu hitam di dasarnya terlihat jelas
Airnya jernih mengalir deras
Ikan yang berenang terlihat tenang
Di sanalah penduduk mandi
Dulu.........., kawan
Di depan rumahku ada bukit hijau
Pepohonan gagah menopang langit
Udaranya sejuk membuat nyaman
Kicauan burung di sana terdengar
ramah
Menyapa petani nan turun ke sawah
Dulu........., kawan
Jalanan di samping rumahku begitu
tenang
Sesekali terdengar sapaan akrab
Dari bibir orang yang berpapasan
Saling tanya dan bersalaman
Begitu tulus tanpa paksaan
Namun, kawan
Kini, kali di belakang rumahku tak
lagi jernih
Air yang dulu deras kini enggan
mengalir
Saratnya lumpur yang ia bawa
Seberat luka yang ia derita
Ikan yang dulu berenang tenang
Menghilang entah kemana
Bukit hijaupun tak ada lagi
Kini, yang tanpak hanya hamparan
kikisan
Galian batu dan tanah di mana-mana
Pohon tumbang membawa petaka
Tumpukan tanah telah ratakan sawah
Petanipun kehilangan daya
Bumi kita seakan murka
Kicauan burungpun ditelannya
Jalananpun terdengar berisik
Kini, deru kendaraan sirnakan sapaan
Asapnya menyesakkan nafas
Para pengendara juga enggan saling
menyapa
Bergegas , entah dikejar siapa
Sisakan polusi ntuk sesaat
Lalu berulang, tanpa terhitung
Dan bumi kitapun semakin pengap
(Sungai Duo, AFN 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar